Rabu, 17 Maret 2021

Akhmad Cahyo Setio

 

Akhmad Cahyo Setio

Tanah Bumbu Indonesia

 

Email; akhmadcahyosetio@gmail.com

 

Es un joven maestro de escuela primaria desde 2012. Además, es un poeta activista literario.

 

Ha participado en numerosas actividades de artes literarias locales e internacionales, incluido el Festival de Artes Literarias y Culturales de Singapur 2018.

 

Sus poemas han sido ampliamente publicados en varios medios impresos locales e internacionales. Estos incluyen, Prisma AmaravatiPoetry 2018 y 2019 India, "JustLove Me" en Nepal India 2019, en Singapur International Malaya Festival 2018, International PoetryAnthology in PalestineSolidarity, Malaysia 2018, WorldPeace in WorldHealing, el corazón del poeta en Estados Unidos 2020 2020, en Revista Azahar Revista Poética vol.104, 105 España 2020, Revista International PoetryRendition, China 2020, Poetas Por La Paz Y Libertad, Italia 2020.

 

Ahora se ha desempeñado como embajador de la unión como poeta mundial de representantes de la libertad y la paz de Indonesia desde 2020 (Unión Mundial de Poetas por la Paz y la Libertad UMPPL Italia).
 

 


PUISI PERJALANAN KASHVA

 Perjalanan Kashva


Seorang pertapa di kaki gunung Nepal melakukan ritus

sekali melangkah sekali sujud dan sekali tengkurap di bebatuan tajam berdebu dengan desir angin yang membeku. Mengelilingi danau lelehan salju gunung Himalaya. Ia lakukan berkali-kali tak terhitung  telah berapa putaran. Kashva yang dalam heran menyela ritus itu dan bertanya.


"Gerangan apa yang membuatmu melakukan demikian wahai pertapa?"

Pertapa menghentikan sejenak aktivitasnya.

"Tidakkah kau tahu dalam setiap langkah ada dosa bagaimana kau bisa menghindarinya, aku bersujud berupaya menghapuskan, sebelum tubuhku dijerungkupkan olehNya. Tahukah engkau danau apa yang kuitari ini? Inilah kehidupan aku takut jika aku mati tenggelam dan beku di dalamnya. Sungguh pada suatu hari nanti akan ada angin yang sekali berhembus akan menerbangkan ribuan nyawa seperti angin yang meniup debu di depanmu ini".


Tanah Bumbu, 17.03.2019

Minggu, 14 Maret 2021

ADAKAH YANG BENAR-BENAR BAIK?

 Sebenarnya, kebanyakan yang terlihat di antara kita hanya sebuah kerelatifan dan subjektifitas dari sebuah rasa. Tidak ada yang benar baik sebaik-baiknya. Karena pengaturan rasa berada di hati kita. Boleh saja sesuatu yang sederhana menjadi istimewa dan hal yang istimewa terasa tak berarti. Jadikan hati sebuah pengaturan rasa yang dapat menguntungkan diri dan bukan merugikan orang lain.


Jangan mencintai sesuatu dengan berlebih dan jangan pula membenci sesuatu dengan berlebih. Karena konsekuensi yang diterima akan berlebih pula.


Cintailah orang yang kau cinta dengan sewajarnya, boleh jadi suatu hari dia menjadi orang yang kau benci. Dan bencilah kepada orang yang kau benci sewajarnya, boleh jadi suatu hari dia yang kau benci menjadi orang yang kau cinta" (HR Tirmidzi)


SAKIT HATI?


 "SAKIT HATI"


Sakit hati, siapa yang belum pernah merasakan?

Sakit hati merupakan emosional atau penderitaan mendalam yang dirasakan seseorang setelah kehilangan orang yang dicintai, melalui kematian, perceraian, putus hubungan, terpisah secara fisik atau penolakan cinta. 


Tapi, sakit hati pada era ini bukan hanya respon yang timbul dari apa yang telah disebutkan. Sakit hati yang paling sering dialami oleh seseorang adalah ketika ada perkataan atau sikap yang tidak sesuai dengan temperatur suasana hati. Atau lebih spesifiknya  berupa merendahkan atau kesan menghina.


Jika ditilik dari sisi siapa yang salah, maka kedua-duanya salah:

 

- Pertama, pihak pelaku tidak seharusnya  melakukan perbuatan yang dapat membuat seseorang terlecehkan. Pelaku ini biasanya tidak pandai mengenakan pakaian buruk di badan sendiri tapi gemar menyematkan pada orang lain.


 - Kedua,  pihak korban atau yang dilecehkan. Andai orang ini tahu betul sikap atau perkataan seorang penghina itu dialamatkan pada dirinya, tak sepatutnya ia membuka pintu hati dan menerima masuk kemudian mengizinkan mengacak-acak isi penghuni hati.

  

Contohnya begini, jika seseorang tahu ada pencuri di luar sana akan masuk ke rumah seyogyanya kita berusaha untuk menutup rapat semua celah yang dapat digunakan untuk masuk ke dalam rumah. Atau jika dirasa itu belum cukup ia boleh menggunakan scurity untuk menjaga keamanan rumah.


Begitu halnya dengan hati. Perasan sakit itu tidak akan mungkin mampu menyakiti hati. Jika kita sebagai tuan rumah tidak membukakan pintu dan mempersilahkan ia untuk menyakiti hati. Jika dirasa hati belum mampu untuk menghadapi serangan tersebut, boleh kita gunakan scurity keamanan yaitu belajar menata hati.


Posting by Akhmad Cahyo Setio

AKU BERBEDA DENGANMU, APAKAH SALAH?


Berbeda, terdengar seperti sangat sumbang. Aku dan kamu berbeda. Pernyataan seperti mengandung sisi negatif sehingga membawa kesan kecurigaan. Namun jika dipahami dengan seksama, tiada seorang pun yang memiliki kesamaan 100%. Baik itu dari bentuk fisik maupun psikisnya. Terkadang perbedaan ini selalu menjadi alasan untuk mendiskriminasi seseorang.


Diskriminasi adalah sikap membedakan secara sengaja terhadap golongan-golongan yang berhubungan dengan kepentingan tertentu. Pembedaan tersebut biasanya didasarkan pada agama, etnis, suku, dan ras. Diskriminasi cenderung dilakukan oleh kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas. Sikap ini sangatlah tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. Di mana kita hidup dalam lingkungan sosial yang majemuk dituntut untuk saling mengerti, menghargai, dan menghormati, terlebih harus mencintai. 


Banyak di antara kita yang belum memahami perbedaan sehingga terjadi konflik dan gesekan sosial di masyarakat. Tentu, hal ini membawa dampak yang buruk terhadap masyarakat luas. 


Tuhan telah memberikan pengetahuan dan pengarahan, kita harus membaca,

"Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan atau Adam dan Hawa. Dan kami jadikan kalian bersuku-suku, berbangsa-bangsa agar kalian saling mengenal".

        (Al-Quran, Surat Al-Hujurat Ayat 13)


Jika Tuhan berkehendak maka dijadikanlah kita satu sama. Tapi Tuhan jadikan kita berbeda untuk saling menghargai dan mengasihi.


Terimakasih saya sampaikan pada Dr. Santosh Kumar Biswa, dari Buthan sebagai Founder of World Literary Forum for Peace and Human Rights. Telah memberikan apresiasi untuk terus menyuarakan perdamaian melalui tulisan.


Posting by Akhmad Cahyo Setio

BODO KARENA TIDAK TAHU ATAU TAHU TAPI MASA BODO?

Mulanya manusia tidak ada yang bodoh, tidak ada pula yang sudah pintar. Keduanya bisa didapat dan dibentuk kemudian dari lingkungan. Tapi, ada sebagian ilmuan yang berpendapat kecerdasan itu sudah ada sejak di dalam masa kandungan dan faktor lingkungan yang kemudian membuat kecerdasan itu berkembang.


Kecerdasan akan semakin terasah bila didukung dengan lingkungan dan pendidikan yang tepat. Namun, jika tidak mendapatkan pendidikan yang tepat maka bisa saja kecerdasan itu akan tenggelam dengan hal yang lain.


Kata cerdas memiliki arti ketajaman fikiran. Orang cerdas tidak terpaku pada teori namun lebih terhadap pemahaman konsep. Bagi orang cerdas, senjata utamanya adalah logika, dan pengetahuan yang ia dapat dari teori hanyalah sebagai pendukung.


Untuk menjadi cerdas akal budi seseorang harus belajar banyak hal. Belajar tidaklah sebatas duduk di bangku sekolah atau perkuliahan, tapi belajar dengan situasi dan lingkungan. Belajar tidak perlu batasan umur karena kecerdasan akan terus berkembang sampai akhir hayat.


"Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap individu muslim."

" Tuntutlah ilmu sejak buaian hingga ke liang lahat"


"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia, Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya".


Tapi ada saja di antara kita tahu bahwa ada hal yang tidak baik, kewajiban, larangan, tapi masih kita terjang dengan sengaja.


Atau memang tidak tahu? Tapi tidak mau tahu?


TAPI INGAT DOSA ATAU HUKUMAN BAGI PELANGGAR KETETAPAN AKAN BERBEDA BAGI MEREKA YANG BELUM TAHU DIBANDING MEREKA YANG SUDAH TAHU TAPI TIDAK MAU TAHU.


Posting by Akhmad Cahyo Setio